Sabtu, November 15, 2025

Di Persimpangan Batin

Malam Minggu seperti biasa… seperti sebuah lirik lagu “sunyi sepi sendiri….”, lagu “Surat Undangan” yang dinyanyikan ulang oleh penyanyi Yuni Sara, yang cocok untuk para penyendiri, namun hal ini sudah menjadi kebiasaan dan kondisi yang normal bagi aku. Lama kelamaan jadi biasa, dinormalisasi. Aku memang tipikal laki-laki yang lebih suka menyendiri, kadang-kadang muncul juga perasaan sedih karena kesepian dan biasanya muncul rasa itu saat malam hari.

“Besok Mas olahraga dimana?” pertanyaan ini muncul disaat aku sedang melamun di malam minggu itu, Sandra yang pernah menjadi obsesi buatku beberapa tahun yang lalu, begitu inginnya aku menjadikan dia sebagai kekasih, namun tak tersampaikan, tiba-tiba mengirimkan pesan Whatsapp. Pesan ini memunculkan rasa bahagia, adrenalin baik menghampiriku.

“Yaa seperti biasa, di alun-alun Bogor atau di Taman Ecopark Tebet, kadang-kadang ke Ragunan. “ kubalas chat itu.

Setelah sekian lama putus komunikasi, beberapa waktu terakhir ini, aku memang mencoba memberanikan diri untuk  kembali menjalin komunikasi dengan Sandra, yang saat ini hidup sendiri, dan sudah berjalan sekitar 5 tahun Sandra bercerai. Meski dia memiliki 3 orang anak, namun tidak satupun dari ketiga anak-anaknya yang tinggal bersama dia, sangat memprihatinkan.

Nanti aku akan bercerita lebih detail tentang itu, karena cukup panjang ceritanya.

“Mas belum pernah olahraga pagi di South City?” tanya Sandra melanjutkan chat-nya.

“Belum tuh… karena agak jauh dari rumah Mas.” jawabku sambil berpikir kira-kira tujuannya apa menanyakan tentang ini.

“Tapi… sesekali boleh juga Mas coba, memangnya kenapa Ndra?” lanjut ku dengan sedikit rasa penasaran.

“Rumah Sandra kan dekat dari situ Mas… kita olahraga bareng yuk…besok Sandra menyusul naik sepeda.”,

“Udah itu … habis olahraga Mas boleh mampir ke rumah Sandra.” lanjutnya.

“Tawaran yang menarik ini…” ujarku dalam hati.

“Beneran Sandra?? Memangnya Mas boleh main ke rumah Sandra?” Aku mencoba memastikan, karena ada rasa kurang percaya.

“Tentunya lah Mas… masa gak boleh.”

Agak mengagetkan juga bagiku menerima tawaran itu, bagaimana tidak, karena selama ini Sandra tidak pernah mengajak aku untuk datang ke rumahnya, malah terlihat seperti melarang aku, dan bagiku itu bukan masalah, karena alasannya memang tepat, Sandra tinggal bersama Ibunya.

Sudah cukup lama aku tidak menjalin komunikasi dengan Sandra, baik secara langsung ataupun melalui media Whatsapp, aku juga tidak tahu sejak kapan awal Sandra  bercerai dengan mantan suaminya. Baru-baru ini saja aku mendapatkan kabar tentang perceraiannya itu, informasi dari temanku yang lain, yang menyampaikan bahwa Sandra udah 5 tahun bercerai dengan suaminya. Penyebab perceraiannya pun aku tidak terlalu jelas, gosip-gosipnya disebabkan adanya perbedaan agama, awalnya suami Sandra beralih kepercayaan menjadi mualaf, namun pada 3 tahun terakhir malah kembali lagi ke kepercayaan lamanya.

“Emang Sandra di rumah sama siapa?”. Tanyaku ingin memastikan.

“Sekarang aku sendirian Mas, sejak ibu meninggal, aku memang tidak mau untuk ditemani oleh siapapun, lebih enak sendirian kan Mas?” Sandra malah memberikan pertanyaan yang menurutku seperti sebuah pernyataan.

Tiba-tiba ponsel ku berdering, mengeluarkan melodi dering panggilan “Haunting Me” sebuah lagu ber-genre Jazz ringan dan salah satu lagu favoritku, yang diciptakan oleh komposer Jazz Dave Grusin yang kujadikan sebagai nada dering ponsel ku. Terlihat di layar, nama Sandra yang muncul.

Dalam hatiku muncul keraguan “Diangkat atau tidak yaa???”.

Setelah 3 kali dering yang berulang, akhirnya aku terima panggilan itu.

“Assalamu’alaikum Mas…” Merdu terdengar ditelingaku suara Sandra. Suara yang pernah menghampiri kehidupanku dan sudah menjadi kenangan yang sangat manis, sayangnya cuma sementara. Cinta tak sampai alias cinta bertepuk sebelah tangan.

“Wa’alaikumsalam Sandra…” Jawabku.

“Gimana Mas… jadi gak besok pagi olahraga di South City, sekalian kita ketemuan, kan udah lama kita gak ketemu, hampir 5 tahun yaa.”

“Iyaa… “ sahutku,

“Maafin Mas gak hadir saat pemakaman almarhumah Ibu, malah saat Mas datang diacara Takziah, kita pun ga sempat ketemu yaa.” aku melanjutkan dengan sedikit perasaan gelisah..

“Iyaa gak apa-apa Mas… tapi Mas kangen gak sama Sandra?” Pertanyaan ini mengejutkan aku, kira-kira ini artinya apa ya?? Koq seperti memberi umpan pancingan.

“Pasti dong Sandra… apalagi sekarang Sandra kelihatannya makin cakep, sama sekali gak ada perubahan.” awal aku menggodanya, karena aku sering memandang foto-foto Sandra yang ada di media sosial.

“Ah… Mas bisa aja… Sandra udah tua lho, hampir jadi nenek-nenek, mana ada nenek-nenek cakep, Mas pasti bohong lah.” balasnya dengan suara nya yang manja.

Hatiku bergetar, jantung berdegup kencang, seperti ada getar-getar yang memunculkan hasrat dan berhasil membuat hati bahagia.

Cintaku yang dulu tak berbalas, cuma bentuk dari cinta bertepuk sebelah tangan, kini membangkitkan gairah cinta yang kembali membara, aku sangat mencintai dia dan itu tidak pernah berubah. Kalau dulu itu hanya seperti cinta monyet.

Kini kami sudah sama-sama dewasa, dan sama-sama sendiri pula.

Cinta ini hampir abadi mengendapkan getar-getar rasa di dalam perasaan ini.

“Sandra… Mas selalu jujur sama Sandra, tapi sayangnya Sandra selalu saja tidak percaya, iya kan?” Tanyaku.

“Iyaa Sandra tau semua perasaan Mas, hanya waktu itu Sandra belum bisa menerima itu semua.” suaranya menyiratkan penyesalan.

“Mudah-mudahan sekarang telah berubah yaa?” Lagi-lagi semua ungkapan ini adalah bentuk perasaan cintaku kepadanya.

“Hmmm… Sandra gak tau Mas.”

“Sandra merasa sangat bersalah sama Mas.” sesalnya.

Aku jadi ikut terharu mendengar pernyataan tulusnya.

“Sandra menolak Mas, yang membuat Sandra memilih pria lain, dan akibatnya yang Sandra dapatkan hanya kebahagiaan diawal pernikahan saja, selanjutnya watak asli suami makin terlihat, hampir saja Sandra terbujuk dengan rayuannya yang mengajak Sandra untuk pindah ke keyakinan agama dia, bersyukur Sandra segera sadar dan takut akan dosa karena zina, karena ternyata dia udah kembali ke agama semula.” Sandra melanjutkan.

“Bukankah perkawinan lain agama didalam Islam dilarang ya Mas? Dan bisa dianggap zina.” Ujar Sandra.

Aku masih diam, namun aku merasakan suatu kepedihan yang mendalam dari cerita nya.

Karena aku masih diam, dia melanjutkan.

“Dulu dia mau menjadi muslim, menjadi mualaf dan Sandra banyak mengajari dia tentang syariah-syariah Islam tapi sepertinya dia hanya main-main.”.

“Sampai akhirnya dia kembali murtad memeluk agamanya semula.”

“Anak-anak pun sudah tergoda sama rayuannya dan mereka secara diam-diam berganti keyakinan.”

“Ternyata dia hanya berpura-pura mencintai Sandra dan pura-pura menjadi mualaf.” Sandra terlihat sedih.

“Masa sampai segitunya Sandra, kenapa dia sampai mengkhianati Sandra ya? Bukannya kalian itu saling cinta?” aku menanggapi.

“Iya Mas, Sandra juga dulu cinta banget sama dia tapi ya begitu kok dia tega-teganya mengkhianati Sandra..”.

“Sandra minta cerai dari dia setelah tahu kelakuannya itu tapi dia nggak mau menceraikan Sandra karena katanya di dalam agamanya tidak ada itu yang namanya cerai.” Sandra melanjutkan.

“Kasihan banget sih kok bisa ya Sandra, ada laki-laki yang begitu tega nyakitin hati Sandra, sementara di sisi lain ada laki-laki telah kecewa yang begitu mencintai Sandra.” sedih rasanya aku menyampaikan kalimat ini 

“Iya Mas Sandra tahu semua itu dan Sandra merasa menyesal banget udah meninggalkan Mas.” agak tersedu suaranya.

Aku cuma bisa terdiam dan kami sama-sama terdiam sampai akhirnya aku berkata “semua itu sudah lewat nggak perlu lagi disesalkan yang penting kedepannya Sandra harus baik-baik saja meskipun hidup sendiri.” nasihatku.

“Jadi Mas mau kan menemani Sandra, menemani hari-hari Sandra selanjutnya, toh Mas juga masih sendiri kan tidak ada yang tersakiti nantinya, Sandra pun sekarang sudah resmi sendiri bahkan benar-benar sendiri tanpa ada anak-anak yang menemani di rumah … Sandra menikmati kesepian.” jelasnya.

“Kita sama kok Sandra… Mas pun selalu di dalam kesendirian nggak ada teman, mungkin nanti ketika Mas mati tidak ada yang tahu, setelah tercium bau bangkai, baru deh orang-orang pada tahu.” agak bergidik aku menyampaikannya. Aku memang selalu dalam kesendirian. Aku sangat berharap ketika aku mencapai akhir hidup, tidak perlu menyusahkan siapapun.

“Mas nggak boleh dong berkata begitu, tidak baik Mas, Allah itu Maha penyayang, Maha tahu.. Maha sempurna.. Dia tidak akan membiarkan umat Nya itu menderita di akhir hayatnya, jika Mas tetap percaya kepada Nya, tetap beriman kepada Nya ya Mas, Dia akan terus menjaga Mas..” bujuknya.

“Sandra akan terus berdoa buat Mas semoga Mas selalu sehat panjang umur dan tetap bahagia meskipun hidup dalam kesendirian, tapi nantinya kan ada Sandra yang akan setia menemani Mas.” rayu nya.

Perasaanku mulai tergugah, hatiku berbunga-bunga rasanya, jiwa ini melambung tinggi di awan. Seperti kata orang cinta lama bersemi kembali. 

Namun aku ragu apakah ini benar-benar akan terjadi, nantinya aku tidak akan hidup sendiri lagi tidak khawatir lagi dengan akhir hidupku. 

Aku merasa bahagia, karena berharap rasa cinta ini  akan menghasilkan sebuah perpaduan dua kehidupan yang tadinya menyendiri. Kehidupan yang baru, yang terbentuk dari sebuah cinta yang tulus . 

Namun rupanya ada nafsu yang begitu menggebu-gebu, dikarenakan kesendirianku yang disebabkan dari sebuah perceraian,  aku sebagai lelaki yang sudah sewajarnya tidak bisa untuk hidup tanpa pendamping. Aku masih memiliki nafsu… memiliki libido, yang mungkin nanti bisa mengotori kesucian cintaku kepada Sandra, karena muncul bayangan-bayangan kotor di benakku, ini jelas godaan setan yang memenuhi gairahku.

Aku merasa ini kondisi yang normal-normal saja, realita nya laki-laki mana yang bisa menahan nafsunya ketika dia sebelumnya pernah merasakan hubungan biologis dengan pasangannya.

Apakah aku salah??

Aah… jadinya rasa cinta ini koq jadi ternodai oleh nafsu. Astaghfirullah… ampuni hamba Mu yaa Allah…

Aku bertekad untuk tidak mengotori hatiku ini, aku harus kuat menahan diri, menahan godaan-godaan ini jangan sampai aku tergelincir di dalam jurang kemaksiatan.

Perasaan cintaku ini harus murni, harus tulus tanpa ada di embel-embel oleh nafsu-nafsu setan.

“Oke Sandra besok Mas olahraga di South City kita bisa ketemu di sana, terus nantinya kalau memang Sandra mengijinkan, Mas akan mampir untuk main ke rumahmu” jawabku selanjutnya.

“Asyiiik…” Sandra sampai berteriak kesenangan.

Aku cuma bisa tersenyum, bahagia sekali membayangkan bahwa besok aku akan ketemu dengan Sandra dalam suasana hati yang penuh cinta.

“Oke Mas sampai ketemu besok ya, ini sudah waktunya sholat isya, kita sholat dulu ya… besok Mas yang menjadi imam Sandra…hehehe…, kita shalat berjamaah di rumah ya Mas” lanjutnya.

“Okey Sandra…wassalamu'alaikum .” padahal aku ingin mengucapkan kata-kata “Okey Sandra sayang.” tapi ada rasa kurang nyaman, karena aku tidak yakin dengan perasaan Sandra terhadapku.

“Wa’alaikumsalam…” Sandra menutup percakapan telepon kami.

Minggu pagi… selesai sholat subuh, aku pun bersiap-siap untuk berangkat menuju South City.Jarak dari rumahku ke South City lumayan jauh, sekitar 12 kilometer, aku tidak ingin terlambat menemui Sandra.

Namun ada sedikit keraguan di hati, apakah Sandra benar-benar mau berjumpa denganku?

Aku juga ragu, apakah aku dapat menahan gelora batin ku ketika menghadapi Sandra? Aku begitu mencintai nya, begitu merindukannya, apalagi sekarang kami sudah sama-sama dewasa, kemungkinan bisa lebih memaknai pertemuan kami nantinya.

Aku begitu bersemangat pagi ini, getar-getar rasa cinta ini semakin menggebu-gebu. Ok… aku on the way menuju South City, ingin buru-buru berjumpa dengan ex pujaan hati yang sekarang bersemi kembali

Sesampainya di South City, aku menghubungi Sandra melalui Whatsapp, “Assalamu’alaikum Sandra… Mas udah sampe di South City nih… rame banget ya orang-orang yang berolah raga....ada banyak kuliner juga.” begitu teks Whatsapp ku membuka chat.

Agak lama jawaban dari Sandra, “Oke Mas.. ditunggu aja.. nih Sandra sedang siap-siap meluncur”.

“Oke… Mas tunggu di bundaran yaa”, lagi-lagi rasanya ingin mengucapkan kata-kata sayang kepadanya, tapi koq terasa aneh yaa? Khawatir Sandra tidak menyukai.

Aku lanjut olahraga seperti biasa yaitu jalan kaki dan sedikit jogging, mengelilingi suasana ramai di South City yang ternyata selain ramai oleh orang-orang berolahraga juga ramai oleh pedagang berbagai macam kuliner.

Suasana yang ramai, berbagai jajanan dari yang ringan sampai makanan berat tersedia disana, bahkan tidak hanya makanan tapi ada juga yang jualan mobil. Dari makanan tradisional sampai ke makanan-makanan internasional, tersedia banyak ragamnya.

Setengah jam kemudian, dari kejauhan aku melihat kedatangan Sandra dengan sepedanya memakai baju olahraga berwarna merah, siapapun yang melihatnya tidak akan ragu tentang kecantikan Sandra, termasuk aku yang terkagum-kagum.

Aku terdiam sejenak ketika kulihat Sandra memandang berkeliling mencari-cari sosok diriku, rupanya Sandra belum melihat keberadaan ku, lalu aku lihat dia menelpon, dan sesaat itu juga “Haunting Me” dari Dave Grusin kembali mengalun sebagai tanda ada panggilan masuk di ponsel ku.

“Assalamu’alaikum Mas… Mas dimana, Sandra ini udah di bundaran lho sesuai dengan tempat kita janji ketemuan.” merdu sekali suara yang telah membuatku jatuh cinta.

“Wa’alaikumsalam Sandra… ini Mas di dekat Sandra koq… sengaja Mas sedang menikmati pemandangan yang paling indah di depan Mas… hehehe.” aku menjawab sambil tersenyum sendiri.

“Ih Mas… kenapa gak langsung panggil atau mendatangi Sandra.” dia merajuk sembari tersenyum.

Aku langsung menuju tempat dia berdiri di samping sepedanya, lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman.

“Ingin banget aku memeluk nya…” bisikku dalam hati, “tapi kan banyak orang..gak etis lah” lanjut bisikan ku.

“Duuh Sandra… semakin cantik dan sexy aja deh.” puji ku.

“Ah .. biasa aja lah Mas, udah tua juga.” balasnya.

“Sandra awet muda banget… sama sekali gak ada perubahan dari dulu, dari pertama Mas kenal Sandra.” aku memuji lagi. Sandra tersipu malu yang membuat wajahnya merah merona, menambah pesona kecantikannya.

“Ya udah … yukk Mas kita jalan keliling yaa… Mas naik sepeda aja biar aku yang jalan.” ajaknya.

“Waah.. .enggak dong… Sandra aja yang naik sepeda, biar Mas yang jalan, kan niat Mas kesini untuk olahraga berjalan kaki, kalau gak cape jogging sedikit.”

“Ooh jadi niat Mas cuma buat olahraga?? Bukan mau ketemu Sandra.. Emangnya ga kangen sama Sandra yaa??” rajuk nya.

“Ihh gitu aja ngambek… ga berubah nih Sandra yang masih gampang ngambek.” ejek ku.

Sandra menjulurkan lidahnya, mengejek aku, dan itu membuat hatiku makin deg-deg an, rasanya melayang diri ini, entah ke angkasa mana, bahagia sekali rasanya melihat wajah Sandra.

Aku mulai merasakan godaan-godaan iblis yang memenuhi benakku, apakah ini sesuatu yang wajar dikarenakan kondisi kesendirian ku yang sudah cukup lama? Yang baik dan yang buruk mulai berperang di dalam batin ku, ini cukup mengganggu, akan sulit bagiku nantinya untuk menahan nafsu birahi ini.

Rasa cinta yang tulus mulai tergeser oleh birahi yang menggebu, normalkah ini? Atau hanya aku saja yang mengalaminya ? Cuma aku yang beranggapan bahwa cinta itu memiliki nafsu birahi yang lebih tinggi persentasenya, atau orang lain juga punya anggapan seperti itu?

Ya Allah.. ampuni hamba Mu ini yang tidak kuat melawan hawa nafsu ini, yang mudah sekali tergoda oleh ajakan iblis untuk berbuat kemaksiatan. Yaa… otakku yang sudah dipenuhi oleh birahi yang membuatku seperti ini, aku yakin dengan pendapat yang mengatakan bahwa yang ada di otak laki-laki itu lebih banyak dipenuhi dengan bayangan birahi.

“Astaghfirullah al adzim..” lirih aku memohon ampun.

“Lindungi aku Ya Allah… beri aku kekuatan iman, jangan Kau biarkan aku tergelincir ke jurang kemaksiatan .” Lanjutku berdoa pelan sambil berjalan bersama Sandra.

Tiba-tiba Sandra menggandeng tangan ku dengan melipatkan siku tangannya di tanganku. Aku kembali bergetar, membuatku berucap doa lagi. 

Kami berjalan bergandengan tangan layaknya pasangan yang romantis, lebih dari sekedar teman, aku tak biasa melakukan ini, spirit laki-laki ku berontak menggebu-gebu berharap lebih dari sekedar bergandengan tangan. Lagi-lagi pikiran-pikiran kotor menghampiri benakku, apalagi yang ada didekatku adalah seorang wanita cantik, menarik dan aku pernah sangat mencintainya.

“Sandra masih manja aja ya.” sapa ku.

“Ih.. emang ga boleh yaa Mas…. takut yaa kalo dilihat oleh pacar Mas.” dengan wajah cemberut Sandra protes.

“Nggak… Mas kan gak punya pacar, sejak cerai dengan istri Mas, males untuk mencinta lagi” jawabku sekenanya.

“Alasan Mas lainnya… gimana nanti kalau Mas sampai minta yang lebih dari sekedar bergandengan tangan.” aku menggoda sambil tertawa kecil.

“Weeeek… ga boleh lah Mas, kan kita bukan suami istri, dosa lho Mas, 40 tahun ibadah kita gak diterima Allah.” sanggahnya sambil lagi-lagi menjulurkan lidahnya.

Juluran lidah itu bukannya membuatku sadar bahwa dia menolak untuk berbuat lebih dengan ku, tapi malah semakin membuat nafsuku makin menggelora. Apakah tidak ada cara lain dia berprotes? Aku bertanya-tanya. Dia protes tapi nafsuku malah makin bergelora

“Ini tidak boleh diteruskan.” batinku berkata.

“Bukankah kamu memang butuh??” Iblis menggodaku.

“Yaa aku masih punya keinginan.” batinku menjawab.

“Hal yang wajar bagi laki-laki punya nafsu seperti itu.” balas batin jahatku lagi.

Sementara itu, ditengah kegalauan ku sebagai laki-laki yang berdampingan dengan perempuan cantik yang notabene adalah orang yang pernah kuinginkan menjadi kekasih. Kami terus berjalan.

Kemesraan semakin terjalin, sesekali Sandra menyandarkan kepalanya di bahu ku, dan aku membalasnya dengan memeluk bahunya. Aku menjadi semakin berani.

“Laper nih Fin… kita cari sarapan dulu yuk.” aku mengajaknya dengan tujuan untuk menghentikan pikiran-pikiran kotor ini.

“Boleh Mas… kita cari ketupat sayur Padang aja, Mas suka kan.” jawabnya.

“Oya boleh lah, itu juga kan kesukaan Mas. Biasanya Mas kalau pas olahraga di Taman Ecopark Tebet, ada tempat sarapan ketupat sayur Padang yang otentik dan enak banget.” ujarku.

Kami pun melanjutkan jalan sambil melihat-lihat para pedagang yang sedang menawarkan dagangan mereka. Dan kami sudah menemukan yang menjual ketupat sayur Padang, aku langsung memesan 2 porsi.

“Enak yaa Mas?” tanya Sandra sembari menikmati sarapan itu.

“Iyaa… rasanya otentik banget nih, rasa bumbunya begitu kuat, pedasnya mantab.” jawabku.

“Mas suka ikut pengajian apa yaa?” tanya Sandra disela-sela sarapan.

“Mas suka kajian-kajian yang banyak membahas tentang Al Qur’an dan hadits-hadits shahih, yang menelusuri keshahihan sebuah hadits, jadi yang dikaji bukan hadits dhaif apalagi palsu, setiap hadits yang dibahas, langsung ditelusuri riwayatnya dan siapa perawinya.” aku menjelaskan.

“Iya ya Mas, karena akhir-akhir ini banyak umat Islam yang tidak bisa membedakan mana yang shahih dan mana yang dhaif bahkan palsu, semua dianggap ibadah yang benar.” balas Sandra.

“Itu semua harus disampaikan Fin, supaya kita tidak terjerumus kepada ibadah-ibadah yang tidak ada tuntunannya.” lanjutku.

“Karena menurut yang Mas pelajari bahwa Islam itu sebenarnya sangat mudah dan sederhana, kita boleh melakukan hal duniawi asal tidak dilarang syariah, dan kalau soal ibadah kita harus tahu tuntunan nya, jangan asal mengikuti apa yang banyak dilakukan oleh orang lain, tapi bukan berarti menganggap mereka-mereka itu telah melakukan hal ibadah yang terkait dengan Bid’ah, Mas gak menentang cara mereka, biarkanlah mereka seperti itu, mungkin karena mereka belum tahu tuntunan yang benar. Mas gak mau berdebat tentang itu, Bukankah Rasul kita menganjurkan kita untuk menghindari perdebatan?” jawabku dengan agak detail.

Diskusi kami menjadi sangat seru, aku bersyukur karenanya, dengan adanya diskusi tentang syariah Islam ini membuat aku mulai melupakan problematika nafsu ini. Aku merasa bersyukur, ini adalah bentuk perlindungan dari Allah, yang telah membantuku keluar dari lingkaran pikiran kotor ini.

Dengan kami berdiskusi tentang Islam ini, telah berhasil meredam nafsu birahi ku yang terus mendorongku untuk terjun ke jurang maksiat.

“Siapa ustad yang menjadi favorit Mas?” Sandra melanjutkan.

“Oh bukan ustad yang terkenal kok, hanya seorang Ustad sederhana namun beliau hafal Al Qur’an 30 Juz serta hafal banyak hadits-hadits shahih, jadi disetiap kajiannya, jika ada yang bertanya beliau itu langsung tahu, konteks pertanyaan itu ada di Al Qur’an Surah apa, ayat berapa dan Hadits nya dari riwayat siapa, nomor berapa, halaman berapa, semua jelas disampaikan.” jawabku.

“Mas hanya berusaha untuk mengikuti ajaran dan petunjuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam secara murni, dengan mengikuti faham kaum Salafi, tapi biarpun demikian, Mas juga manusia biasa yang penuh dengan dosa serta kemaksiatan, kan Iblis itu udah diberi keleluasaan untuk menggoda semua insan manusia hingga ke akhir zaman? Iya kan Sandra?” aku membuat pernyataan sekaligus pertanyaan.

Sandra hanya mengangguk pelan.

Diskusi kami semakin seru, tidak hanya masalah-masalah syariat Islam namun termasuk juga tentang kehidupan, Sandra bercerita tentang rumah tangganya yang gagal, begitu juga denganku. Kami merasa senasib, sama-sama mengalami kegagalan yang menyakitkan, jika aku yang telah dikhianati, ditinggalkan demi pria lain yang dianggap memiliki kelebihan dariku, Sandra juga dikhianati dari sisi keyakinan.

“Yuk Mas… udah mulai siang nih, nanti Sandra ada janji dengan teman di Bogor.” Sandra menutup pembicaraan.

Kami beranjak dari warung penjual ketupat sayur Padang yang benar-benar enak dan otentik itu.

“Nanti Sandra tunggu di persimpangan di depan lapangan udara Pondok Cabe itu yaa Mas, kan Mas harus berputar, gak bisa lewat jalur pejalan kaki, masih Car Free.” jelasnya.

“Ok Sandra… kita ketemu disana nanti.” sambutku.

Aku menuju tempat parkir dan Sandra langsung menggowes sepedanya, sambil aku memandangnya saat dia bersepeda itu, dan itu lagi-lagi membuatku bergetar, berdebar, aah… rasa cinta ini begitu membara, namun sepertinya aku telah mengotori cinta ku dengan pikiran-pikiran penuh nafsu.

Namun aku pasrah saja lah, yang paling penting aku terus berdoa dan melafalkan kalimat-kalimat bertobat, semoga aku terus mendapat perlindungan Nya.

Aku menemui Sandra ditempat yang sudah disepakati, dan melanjutkan perjalanan menuju rumahnya, aku menaikkan sepedanya ke mobil ku, dan Sandra duduk dikursi depan.

Ingin rasanya aku menggenggam tangannya, tapi hati ini berkata lain, biar bagaimanapun aku harus bisa menjaga kesucian cintaku dan menjaga kehalalan pertemuan ini, meskipun tadi sempat juga ternoda ketika aku memeluk bahunya pada saat jalan bersama tadi.

Seperti sebuah kemunafikan yang aku jalani ini, mungkin semua ini hanya kepura-pura an dari diriku saja ya?

Aku merasa lebih pantas dibilang sebagai orang munafik, yang berpura-pura suci dan mengetahui banyak ilmu agama, padahal aku sendiri tidak bisa membendung nafsu yang berkobar. Kenyataan yang ternormalisasi, bahwa semakin tinggi ilmu pengetahuan agama seseorang maka godaan pun semakin berat. Aku hanya berusaha menghindari.

Kemunafikan adalah sifat manusia, CMIIW*… banyak sekali orang-orang munafik, dan mereka tidak mengakuinya, merasa orang yang paling alim, paling baik, tanpa dosa, andaikan punya dosa, yaa dosa-dosa kecil lah (itu menurut banyak manusia).

Aku tidak menampik bagaimana munafik nya aku, aku mengakui semua nya, hanya aku menggantinya dengan selalu berusaha untuk berbuat kebajikan. Namun kebajikan itu tidak perlu kupamerkan apalagi membuat aku menjadi sombong.

“Naah itu rumah Sandra Mas.” Sandra membuyarkan lamunan ku.

“Waah besar dan bagus rumah Sandra yaa.”

“Apa gak takut tinggal sendirian?” sambung ku dengan pertanyaan iseng.

“Makanya Mas temanin lah Sandra.” bikin kaget nih Sandra.

Aku cuma bisa membisu. Serius atau cuma bercanda ajakan itu, menemani Sandra hanya untuk sementara atau sepanjang hayat ini?

Sandra turun dari mobil, kemudian membuka pagar Carport-nya, aku memarkir mobil disitu.

“Ayo masuk Mas… jangan segan-segan.” ajak Sandra

“Luas banget rumah Sandra ini.” kataku.

“Iyaa Mas, ini 2 lantai, Mas boleh naik ke lantai atas.” jelas Sandra.


Aku mengikutinya masuk ke dalam rumah dan langsung ke ruang TV, aku duduk di sofa panjang, Sandra ikut duduk disampingku, sangat rapat tubuhnya ke tubuhku. Aku sampai merasa kurang nyaman namun juga jadi memunculkan getar-getar asmara membara.

“Mas mau lihat bekas operasi di kepalaku?” tiba-tiba dia bertanya dan langsung membuka hijabnya. Sandra memang di tahun lalu menjalani operasi otak, dimana sebagian kecil dari tempurung kepalanya dibedah dan dilepas dari kepalanya. Dia didiagnosa mengalami sakit penyumbatan di saluran darah menuju otak.

Aduuuuh…. aku tersentak, kaget namun senang, karena bisa dekat dengan bagian tubuhnya itu.

Sandra mendekatkan kepalanya ke wajahku, sambil menyibakkan rambutnya, menunjukkan bekas jahitan di kepalanya, sangat dekat dengan wajahku, jantungku deg-degan, sudah tentu dengan kencangnya, didalam pikiranku ingin mencium keningnya, tapi aku langsung tersadar dan istighfar.

“Ini tidak boleh dilanjutkan, aku harus kuat.” batinku mengingatkan. 

Meskipun hati ini punya keinginan kuat untuk memenuhi nafsu birahiku, namun aku harus bisa menahannya.

“Ayolah cium aja, dia gak akan marah, malah dia juga berharap untuk itu lho. Bukankah dia sudah lama juga tidak merasakan sentuhan dari seorang pria?” Kata setan yang berusaha menggodaku. 

Ah…. godaan ini makin kuat.

Aku benar-benar tidak kuat menahan, sudah hampir terjatuh ke jurang maksiat, godaan iblis yang begitu indah dan bisa memenuhi hasratku yang sudah bertahun-tahun tidak terpenuhi ini.

“Tidak… aku tidak akan merusak rasa cinta ini dengan perbuatan kotor.” Balas hati ku.

Akhirnya, pelan aku mendorong kepalanya setelah aku melihat-lihat bagian kepala bekas jahitan itu.

Hasratku menuntut dan mendorong nafsuku.

Kemudian dia bangkit dari kursi, lalu menuju dapur sambil menawarkan minuman untukku.

“Mas mau minum apa?” tanyanya.

“Air putih aja deh, udah menjadi kebiasaan Mas untuk banyak minum air putih, karena ginjal Mas agak bermasalah, kadar kreatininnya terus meningkat, khawatir banget kalau sampai gagal ginjal.”

Sandra mengambil gelas lalu mengambil air putih dari dispenser yang berada di sebelah meja TV, saat itu aku lagi serius menonton video Youtube konser Live Show Linkin Park, namun mataku langsung berubah arah ke tubuh Sandra yang saat itu sedang membungkuk di depan dispenser.

Darahku memanas, gairahku bangkit melihat tubuh Sandra yang sedang membungkuk dihadapanku dalam pakaian training suit nya yang terlihat ketat. Kelaki-lakian ku bangkit menimbulkan gairah libido yang selama ini tertahan, apakah aku harus melampiaskan nya saat itu?

Lagi-lagi aku istighfar dan berdoa memohon perlindungan NYA, memohon ampunan NYA, jangan sampai aku terjebak dalam godaan ini.

Aku lihat Sandra berdiri dan menyuguhkan minuman nya kepadaku,

“Terima kasih Sandra.” ucapku.

“Sama-sama Mas ku….” jawabnya.

Aku berkata lagi “Mas suka banget nih sama Linkin Park ini, salah satu band favorit yang dari dulu Mas udah suka.”

“Sandra juga Mas, paling favorit sama penyanyi nya si Chester Bennington itu, sayangnya dia mati bunuh diri yaa Mas, padahal dia orangnya baik banget, humble, rendah hati. Tapi dia mengalami depresi gara-gara narkoba serta masa lalunya yang kelam.” balasnya.

“Iyaa Fin, Mas suka dengan gaya screamingnya, terus sama Mr. Hahn yg jadi DJ mereka, suka banget sama gayanya yang cool gitu. Sama anggota band yang lainnya Mas juga suka, masing-masing mereka punya gaya dan ciri khas tersendiri.” Sambutku.

Percakapan kami memang seru, dimulai dari tentang syariah Islam sampai ke hiburan, tema diskusi yang memang aku sukai.

Tiba-tiba Sandra mengajakku.

“Yuk kita ke lantai atas Mas.” ajak Sandra.

Aku mengikutinya, menaiki tangga, menuju ruang atas yang ternyata agak lembab dan gelap, karena jendelanya tertutup. Kami menaiki tangga besi yang sempit, sehingga kami sangat berdekatan, sampai di atas, Sandra menunjukkan 1 kamar yang kosong, hanya ada 1 tempat tidur.

“Mas kalo menginap di rumah Sandra, boleh tidur di kamar ini.” Sandra menawarkan.

Tawaran ini pun membuat aku deg-deg an, apakah mungkin aku menginap di rumah ini? Bisa bahaya nantinya, aku tidak akan melakukannya.

“Emangnya Sandra gak takut kalo Mas menginap di rumah Sandra?” tanyaku.

“Lho… kenapa harus takut, malah Sandra senang banget ada yang menemani.” jawabnya.

“Tapi kita harus menikah dulu… hahaha.” Sandra tertawa renyah.

“Kalau soal itu yaa udah jelas dong, malah Mas akan protes sama Sandra, masa Mas tidur sendiri di kamar atas ini.” protes ku.

“Sandra boleh tanya sesuatu Mas?” Sandra bertanya mengalihkan percakapan.

“Silahkan Sandra.”

“Mas koq cinta banget sama Sandra, sampai ga menikah lagi gara-gara menunggu Sandra, andainya Sandra ga bercerai, apakah Mas terus seumur hidup ga akan menikah lagi?”.

“Iya.” jawabku tegas.

“Mas mencintai Sandra saat itu karena smart  dan baik, ramah penuh tata krama… kan Mas selalu perhatikan Sandra, kalau Mas sedang main ke rumah Sandra.” lanjutku.

Aku dulu memang akrab dengan keluarga Sandra, karena kakak sulung nya adalah sahabat karibku sampai sekarang.

“Tapi sayangnya Sandra gak merespon cinta Mas ya?.” Protes ku.

“Sebenarnya Sandra tau Mas… dan saat itupun Sandra suka sama Mas, karena Mas gak seperti teman-teman Mas yang lain, terus Mas juga Sandra perhatiin rajin sholat, biarpun saat itu kalian suka mabuk-mabukan juga ya.” lanjut Sandra sambil tersenyum. Ah…. masa remajaku dulu memang kacau, ibadah terlaksana maksiat juga jalan. Masa muda yang sangat dinamis.

“Lalu… kenapa Sandra gak pernah menyampaikan rasa itu ke Mas?” tanyaku.

“Sandra malu Mas, karena Sandra lihat Mas itu cool banget, jaim… hehehe.” jawabnya.

“Iyaa sih, Mas itu hanya secret admire ke Sandra,” balasku “Maklumlah… masih masa remaja galau yang masih luntang-lantung tak tentu arah.” lanjutku lagi.

“Kalau sekarang gimana perasaan Mas sama Sandra?” pertanyaan yang mengejutkan.

“Cinta Mas gak pernah luntur Sandra, biarpun kita sempat putus komunikasi, sebenarnya Mas terus stalking Sandra, Mas suka menanyakan tentang Sandra ke teman-teman lain.”.

“Berarti Mas masih cinta sama Sandra?” ada nada penasaran dari ucapan Sandra ini.

Sandra langsung mendekat ke tubuhku dan memelukku, aku agak kaget, sentuhan tubuhnya membuatku lemas dan berkeringat dingin, aku menahan hasratku, berusaha untuk meredam nafsu laki-lakiku. Dengan sedikit rasa gugup aku pelan-pelan membalas pelukannya. 

Tanpa menjawab pertanyaannya tadi, aku mengajak Sandra untuk kembali ke bawah.

“Yuk kita balik ke bawah.” ajakku. Sekedar usahaku untuk tidak larut dalam suasana romantis saat itu. rasa cinta yang begitu besar mencegahku untuk terlalu jauh dalam gairah berbahaya ini.

Mungkin secara normal, pria mana yang tahan untuk tidak meneruskan gairah nafsu ini, apalagi aku yang memang sangat membutuhkan itu.

Kami turun dan kembali ke sofa, melanjutkan nonton. Sandra memulai percakapan lagi, “Nanti Mas cerita ke Sandra yaa.. kenapa Mas bisa cerai dari Maya.” dia lirih menyebutkan nama mantan istriku.

“Siap Sandra… Mas pasti cerita, tapi gak sekarang ya, bisa merusak mood asmara Mas… hehehe.” canda ku. 

“Mas lanjut nontonnya yaa… Sandra mau mandi dulu.” sambil beranjak Sandra menuju kamar mandi.

Aku lanjut menonton, sampai tertidur sejenak.

Aku tiba-tiba terbangun karena mencium wangi sabun mandi, ternyata Sandra melintas di hadapanku yang membawa angin segar harum dari tubuhnya. Lagi-lagi ini menimbulkan rangsangan yang sangat aneh buatku.

“Ya Allah…. tolong aku.” Aku membatin.

Aku melihat Sandra masuk ke kamarnya, aku menduga Sandra akan berpakaian dan mungkin berdandan lengkap karena dia mau bertemu dengan teman bisnisnya, saat itu aku tidak peduli dengan keadaan yang menggoda.

Namun aku lihat pintu kamarnya tidak ditutup, apakah tidak sengaja atau memang kebiasaan dia untuk tidak menutup pintu kamarnya, bukankah dia sadar bahwa ada lelaki yang berada di luar kamarnya. Aku menepis anggapan negatif ini, namun ada pikiran sesat juga “Jangan-jangan ini adalah kode sinyal buatku?” tanyaku dalam hati.

Sekali lagi aku istighfar, memohon agar Allah memberikan perlindungan ekstra kepadaku. Iblis terus menggoda, aku yakin saat itu pasukan iblis yang turun untuk menggodaku sudah lagi bukan dari tingkat rendah, tapi sudah mulai menugaskan para perwira menengahnya untuk bertugas menggoda manusia … yaitu aku ini.

Harum peralatan make up serta parfum menyebabkan aku semakin bergairah, aku mulai dimabukkan oleh suasana ini, aku mulai berkeinginan untuk melihat ke dalam kamar Sandra.

“Kira-kira sedang apa yaa Sandra?” tanyaku dalam hati, sungguh penasaran. Aku membayangkan Sandra yang melepas pakaiannya dan tubuhnya tanpa sehelai benang atau hanya tertutup dengan handuk di sebagian tubuhnya.

Namun… aku mengurungkan niat itu, alhamdulillah, terlewat satu godaan.

Rupanya para perwira menengah pasukan iblis mulai menyerah, mereka mundur pelan-pelan, tapi itu tak berlangsung lama, sebentar kemudian mereka mengirimkan para perwira tinggi iblis. Implementasinya adalah saat tiba-tiba Sandra melintas di hadapanku hanya menggunakan daster tipis sehingga menggambarkan lekuk tubuhnya yang indah itu tapi wajahnya sudah berdandan, sepertinya dia sudah selesai make over.

Harum tubuhnya ditambah parfum dengan wangi natural telah merangsang otakku dan menyentuh sendi-sendi kelaki-lakian ku, menggoyahkan imanku. Hampir saja aku menggerakkan badanku, mau berdiri lalu memeluknya, apalagi saat itu dia berjalan lambat. Pada pikiranku, Sandra berniat memberikan sinyal menggoda atau dia tidak sengaja atau sudah terlalu percaya kepadaku dan meyakini bahwa aku tidak akan berbuat nakal dan yang aneh-aneh.

Aku mengurungkan niat iblisku dengan memilih opsi bahwa Sandra sangat percaya kepadaku yang tidak akan berbuat nakal.

Sang perwira tinggi iblis membisikkan “ayo lakukan, andaipun dia menolak tapi dia tidak akan marah sama kamu, kamu bisa minta maaf kepadanya dan semua akan kembali membaik. Salahnya dia kenapa mengundang laki-laki ke rumahnya?” Dasar setan, seenaknya aja memberi saran sesat seperti itu.

Kupandangi langkah Sandra yang kembali ke kamarnya, ada rasa menyesal dibatinku yang tadi sudah menjerit penuh keinginan. Terbayang dipikiran ku, bahwa aku sudah hampir 8 tahun tidak berhubungan biologis dengan perempuan manapun. Ini adalah kesempatan emas, aku yakin Sandra tidak akan berteriak minta tolong, apalagi kompleks perumahannya adalah kompleks elite yang pasti para tetangganya tidak terlalu peduli. Jarak antar rumah yang agak berjauhan dan dibatasi dengan pagar tinggi, membuat aku sebagai laki-laki normal, yakin tidak akan ada yang peduli dengan keadaan didalam rumah.

Sandra pasti maklum dengan kelakuanku yang meraja dinafsu, kalaupun dia menolak pasti tidak akan kasar, itu keyakinanku.

Bersyukur saat itu dia kembali ke kamarnya.

“Mas tertidur tadi yaa.” Teriaknya dari dalam kamar.

“Kalau Mas mau tidur, tuh boleh rebahan dikamar sebelah.” Lanjutnya.

“Gak koq… cuma tadi agak ngantuk, Mas agak kelelahan karena semalam susah tidur, mikirin Sandra.” Goda ku.

“Mikirin apa Mas? Tapi jangan yang jorok-jorok lho mikir nya.” jawab Sandra.

“Justru lebih banyak joroknya.” jawabku dalam hati.

Sandra keluar lagi setelah berpakaian lengkap. Dia mendekatiku dan mencondongkan tubuhnya ke tubuhku dan berkata lembut.

“Udah wangi kan Mas, suka gak sama wangi parfum Sandra?” Sebuah tanya yang sangat menggoda batinku.

“Ini wangi Fruity Mas dari Dolce & Gabbana Light Blue Green Apple.” Lanjutnya.

“Bikin Mas jadi tergoda lho.” Jawabku 

“Hah…! Tergoda gimana Mas?” Sepertinya pura-pura bertanya nih.

Aku balas dengan senyum, dan Sandra juga membalas dengan senyum.

“Mas ini masih laki-laki normal lho Sandra…masih punya hasrat dan nafsu.” jawabku, “Sebagai orang dewasa, Sandra pastilah memahaminya.” lanjutku.

“Iya Mas, Sandra ngerti banget lah, laki-laki itu kan yang dipikirannya kebanyakan tentang sex yaa?” Sebuah pernyataan yang benar sekali.

“Jangan terpancing.. jangan terpancing.” dalam hatiku terngiang-ngiang.

“Tuh Sandra tau.” jawabku.

Ada rasa penyesalan dihatiku, kenapa tadi pada saat dia masih memakai daster aku tidak peluk dia. Jika tadi semua itu terjadi, mungkin saat ini kami sudah terlelap dalam kenikmatan namun harus menanggung akibat dari dosa besar.

Niatku sekarang tertunda karena dia sudah berpakaian lengkap, kasihan dia nanti harus berdandan ulang andaikan penerapan nafsu birahi itu terjadi.

“Bayangan macam apa ini? Bukannya istighfar tapi koq malah ingin pembenaran.” Begitu bisikan baikku.

Masak terhindar dari dosa gara-gara dia sudah berpakaian lengkap. Bukan itu alasan yg tepat.

Ah… aku bingung mau bersikap bagaimana, pikiran baik lawan pikiran jahat makin membara peperangannya. Perang yang berkcamuk di dalam jiwa ku, aku merasa seperti berjalan di sebuah jalan dan dihadapanku ada persimpangan, arah ke kiri penuh kegelapan, sedangkan di kanan penuh dengan kebaikan yang tentukan sangat terang.

Kembali Sandra duduk di sampingku, semua body language nya sudah sangat menggoda birahiku 

Membuatku semakin kuat berdoa agar dihindarkan dari nafsu bejat ini.

Iblis perwira tinggi menyerah, sekarang diutus jenderal nya, langsung yang berbintang 5.

Aku memberanikan diri memeluk bahunya, Sandra diam tanpa reaksi apapun. Aksi ku makin berani, aku ingin cium pipinya, tapi bersamaan dengan dia bangkit dan bilang “Mas mau kopi… Sandra buatkan yaa.”

Aku mengangguk sambil berkata, “Boleh San…tapi black aja no sugar yaa.”

Aku menarik nafas panjang… Ya Allah lega sekali rasanya, ucapku dalam hati.

Perang batin yang tadinya sudah berkecamuk, mulai mereda dan itu membuatku tersadar.

Sambil berpikir … apa lagi episode godaan berikut.

Sandra kembali membawakan secangkir kopi.

“Ini kopi Arabica Wine Mas… Mas kan pernah bilang bahwa kopi favorit Mas adalah Arabica Wine.” Ujarnya.

“Terima kasih yaa Sandra… Mas merasa seneng banget Sandra masih ingat kopi kesukaan aMas.”

Sandra memulai percakapan lagi.

“Mas masih sayang kan sama Sandra?” Pertanyaan yang membuatku terpicu godaan lagi.

“Cinta dan sayang Mas gak pernah hilang Sandra, sampe kapanpun.” Rayuku.

Dan Sandra menyandarkan kepalanya ke bahuku. Harum Fruity dari D&G begitu menggoda hasratku.

“jenderal setan mulai melancarkan serangan nih.” Batinku berkata.

Aku lebih keras berdoa… jangan sampai tergoda…jangan sampai tergoda, berkali-kali kuucapkan dalam hati.

Aku langsung mengingatkan Sandra, dengan tujuan untuk meredam nafsu ku.

“Ayoo Sandra…katanya mau ke Bogor, jadi gak?” Aku mengingatkan.

“Sandra jadi males nih, udah terlanjur nyaman sama Mas, Mas bosen yaa sama Sandra?” Rajuknya.

“Duuh Sandra… Mas gak kuat nih.” Aku berterus terang.

“Emang kenapa Mas? Berat yaa kepala Sandra?”.

Aku bingung… mau bagaimana lagi. Aku pilih mengikuti ajakan setan atau Allah.

Aku diam saja, pandanganku ke TV yang sedang memutar video lagu “In The End” Linkin Park, aku ikut bernyanyi sambil aku ajak Sandra.


“I tried so hard and got so far

But in the end, it doesn't even matter”


Aku meneriakkan bagian lirik lagu itu.

Apakah aku harus mengikuti yang disampaikan pada lirik lagu itu : “aku sudah berusaha keras sampai sejauh itu, tapi pada akhirnya tidak apapun yang berarti”. Maknanya kalaupun aku melakukannya, mungkin buat Sandra tidak apa-apa.

Sejujurnya… itu adalah caraku untuk meredam hasrat ini.

Lalu aku terdiam dalam beragam perasaan, aku melamun, begitu berat godaan ini.

Kami yang sama-sama sudah lama hidup sendiri, kami juga yang sama-sama mengetahui dosa besar akibat nafsu kami, namun kami juga yang tidak bisa menahan godaan. Ini benar-benar perang batin yang berkecamuk, belum pernah aku mengalami dilema ini.

Aku harus bagaimana, situasi dan suasana yang mendukung yang menjadikan alasan besar untuk kami melakukannya.

Akhirnya aku ucapkan kata maaf, “Maaf yaa Sandra, Mas ga bisa menghadapi suasana seperti ini, Mas bingung harus bagaimana.”

Terdiam sejenak, “sebaiknya kita segera pergi San, Mas antar Sandra kerumah teman Sandra itu.” Lanjutku.

Aku bangkit dan langsung menarik tangannya menuju pintu.

Sandra terlihat kecewa, entah kecewa karena apa. Mudah-mudahan dikarenakan aku ingin buru-buru keluar dari rumahnya bukan kecewa karena aku tidak meneruskan nafsu setan ini.

Dia pun kembali ke kamar “Sandra ambil dompet dulu yaa Mas.”

Saat dia masuk ke kamar, aku bersujud syukur berkali-kali, sambil memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sampai meneteskan air mata. Begitu berat godaan ini, menerpaku berkali-kali, apakah aku salah jika aku memulainya? Atau aku hanya menduga bahwa suasana ini sengaja dibangun oleh Sandra atau itu hanya bagian dari ujian yang Sandra buat, untuk menguji keimananku, dan menguji cinta suciku yang sudah tidak suci lagi. Para iblis hampir berhasil memperdayaku.

Aku tidak tahu, apakah harus bahagia karena terbebas dari dosa besar atau merasa kecewa karena hasrat yang tak sampai.

Di perjalanan, Sandra bicara “Mas… nanti kalau Sandra cepat selesai urusan dengan teman, Sandra kabari Mas terus Mas kerumah Sandra lagi yaa.”

“Kalo mas mau balik ke rumah Sandra sekarang juga tidak apa-apa, kunci rumah Sandra taruh di pot bunga di teras, pot nya yang berwarna hijau.”

“Nanti Sandra ditinggal aja disana setelah Sandra kenalin dengan teman Sandra itu.” Lanjutnya.

Aku cuma mengangguk pelan, membisu dalam kekhawatiran karena harus menghadapi peperangan batin lagi. Dan aku berdoa, semoga Sandra pulangnya masih lama, sehingga aku nanti punya alasan untuk batal datang karena kemalaman.

Yang aku hadapi tadi, situasi yang benar atau kah ada yang salah dengan hatiku yang menduga-duga seolah-olah Sandra ingin menggodaku dengan memberikan sinyal-sinyal birahi.

Atau hanya pikiranku yang mengarah ke pikiran-pikiran kotor itu.

Aku tidak yakin…



Selesai.

Medio November 2025.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon beri komentar yaa...