Sabtu, Juni 27, 2009

Ayu ku ikut "Kado Istimewa" @ TransTV




Seneeeeeng... bgt liat ayu ikutan acara Reality Drama "Kado Istimewa" di TransTV pada Kamis, 24 Juni 09 kemarin... terharu rs nya meliat ayu di akhir acara. Meski ayu bukan pemeran utma di acara itu, (ayu sebagai sahabat dari pemeran utama) tapi aq bnr2 terharu melihatnya.
Di bagian akhir acara pada saat penyerahan kado, ayu terlihat menangis spontan di momen itu, aq tau kenapa ayu jd menangis begitu, yaa... sebagai seorang anak yg dah setahun 6 bln ditinggal mamanya, wajar dy menangis spt itu, ketika ditanyakan oleh produser acara itu, ayu bilang kl dy kangen bgt sm mamanya.
Anak2 ku semua pasti kangen dgn mamanya yg dah meninggalkan mrk lebih dr setahun, krn perceraian. Itulah efek negatif dr perceraian, trs trg aq mrs sgt bersalah thdp anak2, tp... aq sm sekali ga bisa mencegah terjadinya perceraian itu, meski aku sudah berusaha maksimal utk itu.
Bersyukur, mama nya bs hadir ketika acara perpisahan ayu di puncak. Itulah pertemuan pertama anak2ku dgn mamanya.
Tapi dr semua kejadian itu, bnyk sekali hikmah yg dpt diambil. Kami juga bersyukur punya pengganti ibu yg begitu menyayangi anak2.
Terima kasih Bunda Erny ......... utk semua yg telah kau berikan utk aku dan anak2ku.
Kami semua berharap, Bunda akan terus eksis utk kami dan menyayangi kami dgn penuh keikhlasan. Aminnnn

Jumat, Juni 26, 2009

Bu Prita Bebas


Akhirnya bu Prita dibebaskan juga dari tuntutan pidana.... semoga kebebasan ini tidak diikuti dengan tuntutan2 lainnya. Sudah cukup menderita beliau dengan segala tuduhan yang dilancarkan kepada beliau, jangan lagi ada derita dan tangis yang lain. Semoga pihak2 lain yang merasa tidak senang dengan kebebasan bu Prita, dibukakan pintu hati mereka sehingga mereka memiliki hati nurani untuk tidak lagi mengganggu kehidupan bu Prita dan keluarga. Aminnn......

Selasa, Juni 16, 2009

Perumpamaan

Tadi pagi (Selasa, 16 Juni 2009) seperti biasa, saya awali pagi dengan menonton acara Mamah dan Aa' di Indosiar. Ada sesuatu yang menarik bagi saya dan sepertinya layak juga untuk disampaikan di blog saya ini, tujuannya sih biar terus tersimpan seumur hidup, selama pengelola blog ini masih berbaik hati sama saya untuk tetap memberikan kesempatan menulis dan menyimpan di sini.
Sesuatu yang menarik itu adalah perumpamaan yang dibuat oleh Mamah Dedeh tentang sosok seorang lelaki, menurut beliau (yang dikutip dari salah seorang temannya) laki-laki itu dapat dibagi menjadi beberapa kelompok usia :
- pada usia 20-30 thn, pria spt anjing pudel, sedang lucu2nya, banyak penggemar lawan jenis nya,
- pada usia 30 - 40 thn, pria seperti anjing herder yang gagah, yang selalu melindungi dan membela anak-anaknya,
- pada usia 40- 55 thn, seorang pria seperti anjing liar, yang selalu mencari mangsa diluar rumah, nah ini adalah fase kritis bagi seorang pria, "makanya banyak pria yang selingkuh pada usia ini yaa ..... mungkin sih...." saya belum melakukan survey secara menyeluruh, jadai para pembaca jangan buru-buru marah yaa, kutipan ini saya yang buat koq..hehehe
- pada usia 55 dan selebihnya, seorang pria layaknya anjing tercebur got...hahahaha.... yang loyo... bisanya cuma diam...
A'a Afdel ga mau kalah rupanya, dia juga buat perumpamaan untuk wanita, dia umpamakan wanita seperti bola :
- pada usia 20 - 30 tahun, seorang wanita seperti bola yang dipakai pemain sepak bola, diperebutkan oleh banyak orang sampai 22 orang dalam sekali perebutan,
- pada usia 30 - 40 tahun, seorang wanita seperti bola basket, yang merebutin makin sedikit...
- pada usia 40 - selebihnya, seorang wanita sudah menjadi seperti bola golf, dipukuli terus dibuang jauh-jauh.... hehehehe.....
Apa iya yaa ?????
Maaf tulisan diatas cuma kutipan alias copy-an..jadi mohon pak jaksa jangan adili saya yaa....

Senin, Juni 15, 2009

Sebuah Renungan

KEMATIAN MENUNGGU KITA ( SEBUAH RENUNGAN)

Seperti biasa saya sehabis pulang kantor tiba di rumah langsung duduk
bersantai sambil melepas penat. Sepertinya saya sangat enggan untuk
membersihkan diri dan langsung shalat.
Sementara anak2 & istri sedang berkumpul di ruang tengah.
Dalam kelelahan tadi, saya disegarkan dengan adanya angin dingin sepoi2
yang menghembus tepat di muka saya.

Selang beberapa lama seorang yang tak tampak mukanya berjubah putih
dengan tongkat ditangannya tiba2 sudah berdiri di depanku.
Saya sangat kaget dengan kedatangannya yang tiba2 itu.

Sebelum sempat bertanya…. .siapa dia…tiba2 saya merasa dada saya sesak…sulit untuk bernafas…. .
namun saya berusaha untuk tetap menghirup udara sebisanya.

Yang saya rasakan waktu itu ada sesuatu yang berjalan pelan2 dari dadaku…… terus berjalan…. .
kekerongkonganku. …sakittttttttt ……..sakit. ….. rasanya.
Keluar airmataku menahan rasa sakitnya,… . ya Alloh ! ada apa dengan diriku…..
Dalam kondisi yang masih sulit bernafas tadi, benda tadi terus memaksa untuk keluar dari tubuhku…kkhh. ……..khhhh. …. kerongkonganku berbunyi. Sakit rasanya,
amat teramat sakit. Seolah tak mampu aku menahan benda tadi… Badanku gemetar…peluh keringat mengucur deras…. mataku terbelalak.. …air mataku
seolah tak berhenti. Tangan & kakiku kejang2 sedetik setelah benda itu meninggalkan aku.
Aku melihat benda tadi dibawa oleh orang misterius itu…pergi. ..berlalu begitu saja….hilang dari pandangan.

Namun setelah itu……… .aku merasa aku jauh lebih Ringan, sehat, segar, cerah… tidak seperti biasanya.
Aku herann… istri & anak2 ku yang sedari tadi ada diruang tengah, tiba2 terkejut berhamburan ke arahku.. Di situ aku melihat ada seseorang yang terbujur kaku ada tepat di bawah sofa yang kududuki tadi. Badannya dingin kulitnya membiru. siapa dia???????.. . Mengapa anak2 & istriku memeluknya ! sambil menangis… mereka menjerit…histeris ……terlebih istriku seolah tak mau melepaskan orang yang terbujur tadi…
Siapa dia……… ….????? ???
Betapa terkejutnya aku ketika wajahnya dibalikkan.. ...dia…. ….dia.. …..dia mirip dengan aku….ada apa ini Tuhan…???? ????
Aku mencoba menarik tangan istriku tapi tak mampu….. Aku mencoba merangkul anak2 ku tapi tak bisa. Aku coba jelaskan kalau itu bukan aku.
Aku coba jelaskan kalau aku ada di sini.. Aku mulai berteriak… ..tapi mereka seolah tak mendengarkan aku seolah mereka tak melihatku… .
Dan mereka terus-menerus menangis…. aku sadar..aku sadar bahwa orang misterius tadi telah membawa rohku Aku telah mati….aku telah mati.
Aku telah meninggalkan mereka ..tak kuasa aku menangis…. berteriak. …..Aku tak kuat melihat mereka menangisi mayatku. Aku sangat sedih..
selama hidupku belum banyak yang kulakukan untuk membahagiakan mereka..Belum banyak yang bisa kulakukan ! untuk membimbing mereka.


Tapi waktuku telah habis……. masaku telah terlewati… . aku sudah tutup usia pada saat aku terduduk di sofa setelah lelah seharian bekerja.
Sungguh bila aku tahu aku akan mati, aku akan membagi waktu kapan harus bekerja, Beribadah, untuk keluarga dll.

Aku menyesal aku terlambat menyadarinya. Aku mati dalam keadaan BELUM IBADAH.

mati



ya alloh ….., JIKA kau ijinkan keadaanku masih hidup dan masih bisa membaca tulisan ini sungguh aku amat sangat bahagia.
Karena aku MASIH mempunyai waktu untuk bersimpuh, mengakui segala dosa & berbuat kebaikan sehingga bila maut menjemputku kelak aku telah
berada pada keadaan yang lebih siap.

Rabu, Juni 10, 2009

Ternyata Lebih Enak Jadi Sopir dr pd jadi Kondektur

Dipaste dr milis tetangga.


Kalau diibaratkan hidup berumah tangga seperti mengendarai bus, peran ganda memang tidak bisa dipungkiri. Adakalanya kondektur merangkap jadi sopir. Dan adakalanya pula, sopir berperan ganda sebagai kondektur.

Hidup berpasangan memang penuh warna-warni. Terlebih ketika sebuah pasangan telah teranugerahi buah hati. Pelangi hidup jadi kian semarak. Dan tiap warna memberikan kenangan tersendiri yang sulit terlupakan.

Di antara warna itu adalah ketika seorang suami ingin merasakan repotnya jadi seorang isteri. Ini otomatis menyangkut beban isteri pada anak-anaknya. Apa saja. Mulai masak, mengurus anak, menata perabot rumah, mencuci dan menyetrika pakaian, serta menampung keluhan anak-anak.

Mungkinkah? Jawaban sebenarnya bukan sekadar mungkin, tapi harus. Karena semua tugas itu memang terpikul di pundak suami. Suamilah yang paling bertanggung jawab atas semua beban hidup keluarga. Semantara isteri hanya sebagai kepanjangan tangan suami.

Buat suami yang mampu, mereka menyediakan para pembantu buat tugas-tugas rumah seperti itu. Ada juru masak, tukang cuci, perawat anak, dan tukang kebun. Tapi, buat yang kantongnya pas-pasan, masih ada cara lain. Mau tidak mau, suami mesti terjun mengurus seisi rumah. Setidaknya, itulah yang kini dialami Pak Hasan.

Bapak lima anak ini sadar betul kalau tugas isteri itu sangat berat. Belum lagi kesibukan sosial di masyarakat. Dan kesibukan luar itu bisa datang dari dua arah: sebagai pelaku dan sebagai peserta. Kalau dua sebagai itu tergabung, kesibukan luar bisa berlipat-lipat.

Buat Pak Hasan, seorang isteri adalah aset keluarga yang sangat mahal. Itulah kenapa ia bukan sekadar mengikhlaskan isterinya aktif di masyarakat, bahkan memberikan semangat ketika hasrat aktif itu mulai redup. Kalau sudah begitu, Pak Hasan mesti siap dengan urusan rumah. “Ah, cuma masak ama nyuci ini lah. Gampang!” tekad Pak Hasan sambil menatap sang isteri pergi.

Mulailah ia repot-repot memasak mie instan. Mie siap, telor ada, air dalam panci mulai tampak mendidih. Tapi.... Sesekali Pak Hasan menoleh ke arah anak-anak yang tak sabar menanti. Ada yang mulai menangis, ada yang teriak-teriak, ada juga yang sibuk berebut piring dan sendok. “Sabar, Nak!” suara Pak Hasan menambah riuh suasana.

Sejenak, ia seperti teringat sesuatu. Tatapannya tiba-tiba begitu tajam ke arah dua benda di hadapannya: mie dan telor. “Eh iya. Mana yang lebih dulu masuk, ya. Mie apa telor? Lha, saya kok jadi bingung,” suara spontan Pak Hasan tiba-tiba. Sementara, suara tangis dan teriakan anak-anaknya kian nyaring. Di luar dugaan, luapan air mendidih lebih dulu mematikan kompor sebelum Pak Hasan mengambil keputusan: antara mie dan telor.

Pernah juga Pak Hasan berepot-repot memandikan tiga anaknya yang masih balita. Sementara dua anaknya yang di SD sudah berangkat ke sekolah. Satu anaknya yang akan mandi tampak menangis, “Nggak mau ayah. Dingin. Ani nggak mau mandi!” Sedang di kamar mandi sudah tampak dua anaknya yang lain sedang guyur-guyuran dengan baju masih melekat di badan. “Hati-hati, Nak. Nanti masuk kuping!” teriak Pak Hasan sambil menggiring satu anaknya yang masih menangis ke kamar mandi.

Sesaat Pak Hasan terdiam. Ia seperti mengingat sesuatu, “Ah iya, sabun mandinya habis.” Pak Hasan tampak bingung. Nggak mungkin memandikan anak dengan bersih kalau nggak dengan sabun. Tapi, siapa yang mau pergi ke warung. Tak ada orang lain kecuali dia dan tiga anaknya yang sedang mandi. Kalau ditinggal pergi, ia khawatir anak-anaknya terjatuh. Duh, gimana dong? Pak Hasan tambah bingung.

Sejenak, matanya menangkap sesuatu di bak pencuci piring. Ah, itu dia. Pak Hasan bergegas mengambil sabun colek yang biasa digunakan isterinya buat cuci piring. “Yah, masih sama-sama sabun,” ucapnya sambil menghampiri anak-anaknya yang mulai kedinginan. Satu per satu, anak-anak diolesi sabun, dibilas untuk kemudian digosok dengan handuk. Mandi pun selesai.

Mulailah Pak Hasan menyiapkan baju salin anak-anak. Ia teliti satu per satu baju yang ada. Mulai dari kecocokan dengan cuaca yang musim hujan, warna, dan keserasian atasan dan bawahan. Saat itulah ia kembali dihibur dengan suara merdu tangis anak-anaknya. Kali ini, bukan cuma satu. Tapi ketiga-tiganya. “Aduh, gatal ayah! Badan adek gatal nih!”

Mendengar itu, spontan Pak Hasan menghampiri anak-anaknya. Ketiganya tampak sibuk menggaruk-garuk tangan, badan, dan kaki. “Kamu kenapa, Nak?” suara Pak Hasan agak panik. Tak ada jawaban kecuali tangis yang kian menderu. “Lha, kenapa ya? Jangan-jangan. ..sabun colek itu. Ya Allah!”

Pak Hasan menatap tiga anaknya yang sedang tidur siang. Sesekali, ia kembali mengolesi obat gatal di kaki sang anak yang hilang karena tergaruk. “Kasihan anak-anakku!” suara batin Pak Hasan sesaat setelah ia beranjak ke ruang tengah.

Dari ruang itulah ia bisa melihat hampir separuh isi rumahnya. Tampak ruang tamu yang acak-acakan. Dua kursi terbalik, dan taplak meja terlihat menjuntai di atas lemari pajangan. Belum lagi pemandangan lantai yang begitu semarak dengan mie instan mentah yang berserakan.

Ia pun menoleh ke ruang dapur. Tampak di sana piring-piring kotor saling bertumpukan. Dua gelas plastik tergeletak di lantai dengan genangan larutan warna coklat. Tak jauh dari situ, baju dan celana dalam anak-anak berserakan.

Saat itu, Pak Hasan teringat sesuatu. Ia kian sadar betapa tugas seorang isteri tidak mudah. Berat! Ah, ternyata lebih mudah jadi sopir daripada berperan sebagai kondektur.

Kamis, Juni 04, 2009

Senin, Juni 01, 2009

Manohara...oh Manohara.....



Saya sengaja meng-copy paste berita ini dari detik.com , krn saya termasuk yg bersimpati atas tragedi yg menimpa Manohara, bukan krn dy selebritis, tapi lebih kepada simpati sy kpd seorang wanita yg telah dianiaya.
Berikut kutipannya :

Bak sebuah drama, Manohara merupakan pemeran utama wanita yang baru saja menyelesaikan episode panjangnya di Kesultanan Kelantan. Banyak hikmah yang ia dapatkan, namun yang pasti Mano menyatakan tidak akan kembali lagi ke Malaysia, "Saya tidak mau ke Malaysia lagi," ucapnya.

Berikut petikan wawancara bersama Manohara di Markas Laskar Merah Putih, Jalan Biak, Petojo, Jakarta Pusat, Minggu (31/05/09)

Setelah kejadian ini, apakah Anda akan ke Malaysia lagi?

Saya tidak mau ke Malaysia lagi, I don't trust it anymore. Ke Singapore saja saya sudah mulai takut.


Bagaimana kronologis pulang ke Indonesia?

Jadi kita (pihak kerajaan Kelantan) ke sana (Singapura) karena sultan Kelantan ada heart attack (serangan Jantung), mau medical check up. Ketika itu harusnya 5 minggu, tapi ketika pihak kerajaan tau mama mau datang, baru 1 malam kita diminta packing.

Anda tahu Mama mau ke sana?

Ada seorang pihak kerajaan yang baik hati yang saya tidak bisa sebut namanya memberi tahu saya. Lalu saya mencoba mengulur waktu dengan mandi berlama-lama sampai digedor-gedor. Itu kan di lantai 13.

Setelah itu ketika kita turun lift, pihak kerajaan kasih tau jangan turun ke bawah karena mama sudah di lobi. Mano mau dibawa ke lantai 3, itu lantai Raja, Mano mau dikunci di sana. Tapi Mano gak mau. Sempat juga mau disuntik.

Mano akhirnya pencet-pencet tombol lift, dan datang polisi Singapura. Mano dibawa ke satu kamar dan tidak lama datang Mama. Pas di kamar, ada pihak embassy, saya legaan dikit. Lalu kita dibawa ke Airport.

Apa sebelumnya Anda pernah mencoba kabur dari Kelantan?

Enggak mungkin bisa kabur dari sana, karena kalau ketahuan pasti security-nya ditingkatin. Jadi Mano cari yang possibility nya ada.

Kekerasan seperti apa yang selama ini Anda terima?

Setiap hari ada kekerasan, yang silet-silet, sexual harassment, mental abuse, it is true.

Tadi Anda bilang disuntik, memang sebelumnya pernah disuntik juga?

Dulu pernah dua kali disuntik. Makanya saya mau cek ke dokter.
Sebab pernah ketika keesokan habis disuntik saya muntah darah dan tidak lebih dari 4 hari berat badan saya naik 10kg. Itu kan nggak wajar. Mungkin mereka ingin terlihat saya sering makan atau terkesan hamil.

Mano takut makan. Karena pernah sehabis makan langsung tidur dan pernah juga jadi grogi.

Apakah Anda merasakan adanya efek psikis?

Iya, several weeks I have depression. Tapi kalau saya sakit, saya membiarkan mereka menang.

Apa Anda menjadi trauma dengan laki-laki?

Kalau trauma, it means Teuku has killed my life.

Pernah tidak, Anda menanyakan kenapa Fakhry melakukan hal tersebut?

His answer because you are my property.

Apakah sekarang Anda masih cinta dengan Fakhry?

Perasaan definetely udah nggak cinta, tapi kalau perasaan benci Mano pikir itu sama dengan menyakiti diri sendiri saja (Mano tidak ingin memelihara perasaan benci).

Menurut Mano, Tengku agak pshyco. Kalau dia lagi stubborn (keras kepala), saya seperti property bagi dia, saya seperti bukan manusia. Kalau orang biasa, pasti tidak akan melakukannya kan?

Apa yang akan dilakukan ke depannya? Apakah akan kembali ke dunia model?

Ke dunia model, why not?


Mano juga mau menjadi aktivis. Mano mau make sure masyarakat kita yang ada di luar sana tetap terjaga. Supaya kalau ada yang menelepon (ke Kedubes Indonesia di Malaysia) nggak dibilang libur. Sebab banyak masyarakat Indonesia di sana yang mendapatkan perlakuan serupa. Bahkan banyak warga Malaysia yang ingin pulang tapi tidak diizinkan oleh raja. Most basic human right itu gak didapatkan di sana.

Mano juga ingin meminta agar Kedubes RI di Malaysia diganti. Dia (Dubes RI) yang bilang kalau Mano senang-senang di KL (Kuala Lumpur), padahal kan tidak. Jadi harus diganti Kedubes RI di sana.

Apa pernah ada bantuan dari Kedubes RI di Malaysia?

(Ibu Manohara menjawab) Enggak ada bantuan dari kedutaan Indonesia di sana, saya hanya dapat bantuan dari Laskar Merah Putih.

Apakah akan ada proses hukum ke depannya?

Mau ada proses hukum. Nanti lebih lanjut akan dibahas oleh lawyer saya.

Mano akan cerai dengan Fakhry?
Iya mau cerai. Memang dari dulu saya mau cerai.

Kalau di foto, Anda terlihat senang. Itu benar?

Foto itu semua di-plan. Mesti senyum. Kalau tidak diikuti lebih parah konsekuensinya. Abuse nya lebih kasar. Perhiasan
Itu juga berlian punya raja. Mano hanya dipinjamkan. Pas selesai (acaranya), semuanya dilepas sama bodyguard-nya.

Apa benar di sana Anda digaji?

Terus terang saja, di sana Mano membuat kue. Memang sempat dulu dikasih 3000 Ringgit, tapi nggak pernah dipakai karena sulit harus ada perizinan untuk menggunakannya.

Kalau pun saya menggunakannya, saya akan memilih untuk membagi-bagikannya kepada waitresses (pelayan) di sana. Di istana ada semacam waitresses yang satu bulannya hanya digaji 500 Ringgit. Mereka bekerja selama 24 jam. Kalau mereka memecahkan sebuah gelas, mereka harus menggantinya.

Terus terang saya marah banget sm pihak Kerajaan Malaysia, yang spt nya udah membuka konfrontasi langsung dgn kita, belum lagi masalah pesawat tempur mrk ygselalu aja memasuki wilayah negara kita. Angkatan Laut kita aja udah sebel banget, tp mrk hrs menahan sabar. mrk harus menunggu pihak pemerintah dlm hal ini mgkn DPR yaa...

Heran deh... gimana tanggapan anda.