Rabu, April 03, 2024

Lebaran sebentar lagi....

Hari kemenangan sebentar lagi tiba, umat muslim di seluruh dunia bergembira menyambut hari kemenangan nanti. Termasuk saya pun ikut menyambut dengan sukacita, Hari Raya Iedul Fitri 1445 H / 2024 M membawa kegembiraan bagi semua ummat muslim, dan rupanya tidak hanya ummat muslim saja yang bergembira, ummat lainnya pun akan menikmati hari kemenangan ini dengan cara mereka masing-masing.

Yang saya rasakan dalam menghadapi Hari Kemenangan ini adalah keraguan dari hati saya.

Apakah saya berhak untuk merayakan kemenangan ini dalam artian sesungguh-sungguh nya sebuah kemenangan ??

Apakah puasa saya benar-benar mendapat Ridho dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala ??

Bagaimana dengan anda para pembaca yang terhormat ??

Saya banyak sekali melihat kenyataan banyak diantara kita yang begitu senangnya menyambut lebaran, tapi sama sekali tidak mengerti maknanya sama sekali. Banyak yang mengira, bahwa berlebaran adalah saatnya bersenang-senang tanpa melalui perjuangan apapun.

Bahkan ada yang berpuasanya bolong-bolong tapi pada saat lebaran tiba, merasa orang yang paling berhak untuk merayakannya. Yang lebih parah lagi, pada saat lebaran saking gembiranya sampai melanggar norma-norma agama, yang penting "hepi" katanya.

Berpesta pora sampai mabuk-mabukan, ini kenyataan yang saya lihat.

Padahal pada saat seharusnya berpuasa, malah puasanya gak bener, tetap melakukan kemaksiatan dengan alasan : "kan gak membatalkan puasa...".

Pada saat puasa, tetap berghibah, tetap membagikan video-video seronok di group Whatsapp, tetap melakukan hujatan-hujatan yang tidak ada buktinya dan tidak tepat sasaran, hanya berbentuk Hoax.

Dan Hoax itu adalah Fitnah.

Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan.

Saat berpuasa tanpa kita sadari, kita membuka media sosial yang isinya video dan gambar-gambar seronok, sengaja atau tidak disengaja, maksiatnya yaa sama saja.

Masihkah kita berhak untuk merayakan hari kemenangan ini? 

Oleh karenanya... sebaiknya kita membuat refleksi diri kita sendiri dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kita buat, mulai dari diri saya sendiri.

Mari sama-sama kita bertaubat dan berdoa ... berharap semoga sholat kita, puasa kita dan semua amal ibadah kita mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin....


Selasa, April 02, 2024

Nama anak-anak Rasulullah Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam


Tulisan ini sengaja saya kutip dari artikel di media online detik.com, saya ingin menjadikan sebagai catatan memorable pribadi. Semoga bermanfaat buat para pembaca yang terhormat. 

1. Al Qasim

Al Qasim adalah nama anak Rasulullah yang pertama lahir sebelum masa nubuwah. Namun hidup anak pertama Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam  ini tidaklah lama. Ia hanya bertahan selama beberapa hari saja.

Berkat lahirnya putra bernama Al Qasim ini, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam  dijuluki sebagai Abu Qasim atau Abul Qasim yang artinya “Bapak Qasim”

2. Zainab

Anak Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam  yang kedua adalah Zainab binti Muhammad. Putri Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam  ini juga merupakan istri dari Abu Al Ash bin Ar Rabi. Keduanya dikaruniai putra bernama Ali dan Umamah.

Umamah adalah istri kedua dari Ali bi Abi Thalib setelah Fatimah Az Zahra meninggal pada tahun 8 Hijriah.

3. Ruqayyah

Anak Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam yang ketiga adalah Sayyidah Ruqayyah binti Muhammad. Sayyidah adalah istri dari Utsman bin Affan dan ibu dari Abdullah, anak mereka berdua.

Disebutkan juga, Ruqayyah meninggal pada saat Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam berada dalam medan perang Badar.

4. Ummu Kultsum

Anak Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam yang keempat adalah Ummu Kultsum, yang merupakan istri dari Utbah bin Abu Lahab. Namun saat itu, Utbah menceraikan Ummu Kultsum ketika keduanya belum pernah bersentuhan.

Ummu Kultsum kemudian menikah dengan Utsman bin Affan setelah istrinya, Ruqayyah, wafat. Ummu Kultsum dinyatakan meninggal dunia pada tahun 9 H.

5. Fatimah Az Zahra

Siapa yang tidak kenal dengan anak Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam yang satu ini? Fatimah Az Zahra merupakan putri kesayangan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Dirinya lahir lahir lima tahun sebelum Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam menerima wahyu pertama.

Setelah menikah dengan Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra melahirkan lima cucu untuk Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam. Mereka adalah Hasan, Husein, Zainab, Ummu Kultsum dan Muhassin.

6. Abdullah

Putra Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam dari istri Khadijah yang keenam adalah Abdulah. Ia lahir setelah ayahnya menjadi seorang rasul. Namun, Abdullah meninggal dunia saat usianya masih kecil.

7. Ibrahim

Anak Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam yang terakhir adalah Ibrahim. Ibu dari Ibrahim bukan lagi Khadijah, melainkan ia dilahirkan oleh Mariyah Al Qibthiyah.

Sayangnya, Ibrahim meninggal dunia pada usianya baru 17 atau 18 bulan.


Kita para kaum muslimin gemar memberi nama anak merekan dengan nama-nama nabi, rasul, para sahabat, atau anak dan keluarga nabi. 

Namun ada larangan untuk memberi nama anak dengan nama yang menjadi gelar kenabian atau kerasulan Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.

Nama-nama yang dilarang misalnya, 

Muhammad Rasulullah (Uturan Allah),

Nabiyullah (Nabinya Allah),

Sayyidul Mursalin (paling bagus utusan),

Sayyidul Anbiya (paling bagusnya para nabi),

Khatamun Nabiyyin (penutup para nabi).

Memberi nama Abul Qasim juga tidak diperkenankan. Apalagi mengaku sebagai nabi. Jelas haram. Sebab, dengan mengakui atau mempercayai adanya Nabi setelah Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, maka ia termasuk orang yang sesat dan jauh dari ajaran Allah dan Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam.

Dikutip dari halaman detik.com.

Bagian Tersulit Pada Saat Berpuasa



Setiap kali menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, saya selalu berusaha untuk dapat menjalankannya secara murni, bersih, suci tanpa ter-distract dengan hal-hal yang mengganggu. Setiap saat saya selalu berusaha untuk istiqomah (konsisten) berkomitmen dengan membuat perjanjian kepada diri sendiri, tahun ini saya harus bisa lulus dalam menjalankan puasa dan berhak penuh atas kemenangan  yang akan saya raih.
Usaha yang saya lakukan, pada tahun ini (Ramadhan 1445 H) dengan bersusah payah, namun sepertinya saya belum berhak meraih kemenangan saat leberan nanti.
Keragu-raguan ini bukan tanpa alasan, saya merasakan dan mengalami sendiri betapa beratnya menjalankan puasa yang benar-benar murni, tulus dan hanya berharap pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal yang paling berat yang saya rasakan adalah bagian untuk menahan godaan dalam hal berbicara atau ngobrol dengan teman-teman.
Bagaimana tidak??? Setiap mengobrol yang awalnya baik-baik saja, koq lama kelamaan malah nyasar ke omongan-omongan negatif, bukan hal yang jorok sih, namun lebih kepada membicarakan orang lain alias ghibah.
Ghibah ini lah hal yang paling sulit untuk dihindari, saya sangat sadar sekali, berusaha menghindar tapi malah ikutan nimbrung, yang awalnya saya diam saja, koq yaa lama-lama malah bersemangat banget untuk ikutan membahas.
Contoh kecil yang menurut saya termasuk ghibah, ketika saat mengobrol, lalu datang teman yang terlambat masuk kerjanya, dan kebetulan teman ini sudah terlalu sering terlambat dan itu sudahmenjadi kebiasaan buruk dia. 
Secara spontan (setelah dia meninggalkan ruangan tempat absen sidik jari) saya dan teman-teman langsung membahas tentang teman tersebut. Mulai daripembahasan tentang seringnya dia datang terlambat, sampai memuncak kepada hal-hal negatif yang sering dilakukan oleh teman tersebut.
Menurut saya, ini adalah ghibah. Bukankah ghibah itu adalah menceritakan tentang hal-hal negatif yang dilakukan seseorang??
Seperti contoh itulah yang membuat saya sangat kesulitan untuk menahannya. Dibutuhkan kekuatan dan kesabaran khusus untuk meng-handle nya, sangat sulit. Kita sebagai manusia yang memang tidak akan pernah terbebas dari dosa, pasti sangat berat untuk tidak berbuat dosa, karena perbuatan dosa adalah kodrat kita.
Lalu bagaimana upaya kita untuk menghindarinya???
Kalau saya nih.... hanya doa yang tulus lah yang mungkin bisa menyelamatkan kita dari dosa ghibah itu.
Saya berdoa agar diberi kekuatan dalam menghadapi godaan iblis yang notabene sudah mendapat privilege untuk terus menggoda manusia sampai hari kiamat.
Jadi... kesimpulan saya... Apakah saya masih boleh merayakan Hari Lebaran Idul Fitri dengan kemenangan???
Menang apanya???
Menang perang melawan iblis dengan godaan nya???
Pada kenyataan nya... tetap saja saya masih kalah, masih tetap ghibah, masih tetap memakan uang riba (untuk ini tanpa saya sadari, saya sudah ikutan riba, misalnya kredit rumah, kredit mobil atau kredit-kredit lainnya).
Koq saya mengaku menang dan merasa berhak ikut merayakan Idul Fitri??? 
Bagaimana dengan anda para pembaca???
Apakah anda juga merasa menjadi pemenang???
Apakah anda juga merasa berhak untuk merayakan???
Saya tidak dapat menilainya... seperti saya yang juga tidak dapat menilai diri saya, apakah masih pantas untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri ditahun ini.
Wallahu a'lam.